Kamis, 07 Maret 2013

SEMINAR PARENTING SD/SMP ISLAM PLUS AL-AZHAR

“Menjadikan Anak Smart di Sekolah, Smart di Rumah”


Persoalan mendidik anak memang beraneka ragam. Tingkat kesulitan yang dihadapi oleh orangtuapun beragam pula antara keluarga yang satu dan yang lainnya. Adakalanya anak lebih condong menurut kepada gurunya dibanding dengan orangtuanya. Beberapa kasus anak melawan orang tuanya ketika anak meminta uang dan tidak bisa dipenuhi oleh orangtuanya. Sebaliknya fakta lain, kejengkelan orangtua yang tak terkendali terhadap anaknya hingga terjadi korban meninggal dunia dan masih banyak contoh kasus lain yang terjadi pada yang mengglobal ini. Di sisi lain tidak sedikit orangtua yang kehilangan cara hingga putus asa dan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk bisa membuat anak-anaknya disiplin dan menjadi anak yang taat pada orangtua dan gurunya. Dimanakah letak persoalannya sehingga hal ini bisa terjadi.

Untuk mensinergikan antara kondisi di sekolah dan di rumah. Komite SD/SMP Islam Plus Al-Azhar menggelar Seminar Parenting bertajuk “Smart at home smart at school” yaitu menjadikan anak smart di sekolah dan smart di rumah. Seminar berlangsung sehari di Pendopo Graha Praja Wijaya Pemkot Mojokerto pada Minggu, 7/10/12 diikuti oleh para orangtua murid SD/SMP Islam Plus Al-Azhar. Narasumber yang menyampaikan materi adalah Suhadi Fadjary, seorang Master Trainer, Konsultan Pendidikan, berpengalaman dalam pembelajaran kurikulum internasional VCE dan IBO serta penulis buku Bercocok Tanam Karakter di Kebun Sanubari Anak.

Ketua Yayasan Al-Azhar Drs. KH. Ma’shum Maulani, M.Pd menjelaskan, Seminar Parenting ini sangat penting bagi orangtua murid agar sinergi antara sekolah dan orangtua bisa terbentuk. Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh anak di sekolah dapat juga dilakukan di rumah. Misalnya anak-anak setiap pagi menjalankan sholat dhuha bersama gurunya di sekolah. Hal ini juga bisa dilakukan di rumah bersama orangtua. Contoh lain kebiasaan anak-anak membaca surat-surat pendek, Asmaul Husna, doa naik kendaraan, doa sebelum makan dan pembiasaan lainnya tentunya diharapkan bisa nyambung dengan pemahaman orangtua. “Jangan sampai terjadi anak nyaman di sekolah tetapi di rumah sebaliknya, apalagi sampai menjadikan anak stress,” tegas beliau yang merupakan mantan anggota legislatif Kota ini. Oleh karena itu salah satu kontrak belajar bagi orangtua diantaranya adalah mengikuti Seminar Parenting. Kegiatan ini harus dihadiri oleh orangtuanya sendiri, tidak diwakilkan kepada kakek/nenk apalagi pembantu. Kita menyadari bahwa jaman orangtua jelas berbeda dengan masa anak-anak. Oleh karenanya orangtua harus lebih proaktif untuk menangkap perkembangan dalam pikiran anak agar dapat terkendali.

Secara resmi Seminar Parenting ini dibuka oleh pengawas sekolah Drs. Holilin Daelani, M.Pd mewakili Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto yang berhalangan hadir. Holilin yang juga mantan praktisi pendidik dan menjabat Kepala SD ini mengingatkan agar peran orangtua ditingkatkan untuk bisa bekerjasama dengan sekolah. Orangtua mempunyai kewajiban yang penuh ikut menggembirakan dan ikut memberikan motivasi dalam rangka menuntut ilmu sehingga tidak sampai terjadi smart di sekolah tetapi di rumah stress. Jika di sekolah anak-anak sudah digembirakan, disenangkan, maka di rumah harus diimbangi. Oleh karena itu perlu terjalin kerjasama yang baik antara sekolah, orangtua dan komite sekolah. Sebab komite sekolah merupakan mitra dari sekolah berfungsi sebagai penghubung, pengontrol bagaimana anak-anak belajar di sekolah merasa nyaman dan terjalin hubungan yang baik dan rukun. Orangtua sebaiknya memahami apa yang menjadi visi dan misi sekolah. Misalnya bagaimana menjadikan anak-anak yang shalih dan shalihah. Sebab paada prinsipnya anak shalih bukanlah karena dilahirkan, akan tetapi dibentuk oleh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, ini semua tugas kita bersama.

Seminar dengan narasumber tunggal ini mampu menyedot perhatian para orangtua sebagai peserta. Disamping materi yang disampaikan sangat menarik, pemateri ini juga mampu menciptakan joke-joke yang menarik. Sehingga dari awal hingga akhir acara dapat diikuti dengan atraktif. Berbicara masalah peranan orangtua yang cerdas untuk generasi emas, dijelaskan oleh Suhadi bahwa generasi emas tidak tumbuh dengan sendirinya, mereka memerlukan lingkungan yang subur yang sengaja diciptakan untuknya. Syukurilah keberadaan anak kita, temukan kelebihan dan kekuatan dirinya. Terimalah anak kita apa adanya dan berikan cinta tanpa syarat. Ubahlah komentar terhadap anak yang negatif menjadi positif. Turut membangun kepercayaan diri anak, bukan menghambatnya. Tanamkan suatu cita-cita atau keinginan yang kuat di lubuk hati yang paling dalam. Berikan motivasi, bukan menakut-nakuti sebab anak-anak membutuhkan dukungan, bukan tekanan apalagi ancaman. Orangtua selalu ada ketika anak membutuhkannya. Ada sinergitas antara kurikulum sekolah dengan keluarga.

Dari uraian tersebut memang tidak mudah untuk dilaksanakan oleh para orangtua, apalagi kondisi orangtua yang keduanya sibuk bekerja. Komunikasi dengan anak menjadi terbatas. Maka yang bisa dilakukan, kata Suhadi, perbaiki doa kita. Belajarlah yang sabar sebab orang sabar bisa masuk surga. Janganlah memaki-maki anak hanya karena tidak mau belajar apalagi dengan kata-kata yang tidak santun. Cobalah ciptakan suasana senang saat anak-anak belajar agar tidak merasa tertekan, maka anak akan konsentrasi saat belajar. Pada dasarnya mendidik dengan hati mengoptimalkan prestasi.[]

1 komentar:

  1. follow ke 14 sambil menyimak seminar ini gan
    terima kasih sudah share

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar anda